Media Komunitas
Perpajakan Indonesia

Forum Ortax Forums PPh Pemotongan/Pemungutan Bagaimana kalau yang dipotong/dipungut tidak mau…?

  • Bagaimana kalau yang dipotong/dipungut tidak mau…?

  • siaucu

    Member
    25 June 2009 at 10:53 am
  • siaucu

    Member
    25 June 2009 at 10:53 am

    hi rekan2 ortax, saya ada beberapa pertanyaan tentang mekanisme pemotongan dan pemungutan…
    1.Bagaimana kalo kita memakai jasa dari OP dan terutang 21 tapi si penerima jasa tidak mau dipotong….?
    2.Bagaimana kalo kita memakai jasa dari Badan dan terutang 23 tapi si penerima jasa tidak mau dipotong….?
    3.Bagaimana kalo kita menjual bkp kepada pkp tapi si pembeli tidak mau diterbitkan FP..?
    4.bagaimana kalo kita menyewa suatu bangunan tetapi si penyewa tidak mau kita potong PPh Final..?

    Mohon Pencerahannya rekan2 Ortax…! soalnya kalo semua aspek diatas tidak kita potong atau pungut yang menjadi sasaran pemeriksaan adalah kita jg…! Thanks..!

  • wannabewongkpp

    Member
    25 June 2009 at 11:24 am

    di gross up aja…

  • siaucu

    Member
    25 June 2009 at 11:31 am

    bisa diberikan contohnya..?, thanks rekan wanna…

  • lingga

    Member
    25 June 2009 at 12:11 pm
    Originaly posted by siaucu:

    hi rekan2 ortax, saya ada beberapa pertanyaan tentang mekanisme pemotongan dan pemungutan…
    1.Bagaimana kalo kita memakai jasa dari OP dan terutang 21 tapi si penerima jasa tidak mau dipotong….?
    2.Bagaimana kalo kita memakai jasa dari Badan dan terutang 23 tapi si penerima jasa tidak mau dipotong….?
    3.Bagaimana kalo kita menjual bkp kepada pkp tapi si pembeli tidak mau diterbitkan FP..?
    4.bagaimana kalo kita menyewa suatu bangunan tetapi si penyewa tidak mau kita potong PPh Final..?

    kasus-kasus seperti ini sering dibahas diforum ini, coba rekan siaucu search pasti ada.

    wasalam

  • dodod

    Member
    25 June 2009 at 12:32 pm

    kalo mereka tsb tdk mau dipotong, dan tidak bersedia di gross up, berarti tinggal nombokin aja utk sejumlah pajak terutang yg seharusnya dipotongkan.

  • kikie

    Member
    25 June 2009 at 12:57 pm

    misal gaji 1 juta, pph 5% dari gaji

    jika dipotong, resmi
    biaya gaji 1juta (100%)
    pajak yg disetor 50.000 (5% dari 1 juta)
    uang yg diterima karyawan 950.000

    jika gross up,,, 1 juta adalah 95% dari biaya gaji
    biaya gaji 1.052.631 (100%)
    pajak yg disetor 52.631 (5% dari 1.052.631)
    uang yg diterima karyawan 1 juta

  • siaucu

    Member
    25 June 2009 at 3:10 pm

    thanks rekan2
    bagaimana dengan PPN..?
    bagaimana kalo si pembeli tidak mau diterbitkan FP? sementara pembeli PKP?
    dibuatkan Sederhana jg tidak mau..? apakah itu bisa digrossup? bukankah kalo kita tidak memungut ppn pihak penjual yang disalahkan..?

  • ayrus_alfayed

    Member
    25 June 2009 at 3:18 pm
    Originaly posted by siaucu:

    bagaimana kalo si pembeli tidak mau diterbitkan FP? sementara pembeli PKP?
    dibuatkan Sederhana jg tidak mau..? apakah itu bisa digrossup? bukankah kalo kita tidak memungut ppn pihak penjual yang disalahkan..?

    wahh…FP Standar gak mau ?..FP Sederhana gak mau ?. MAU-NYA APA DONK ?

    Originaly posted by siaucu:

    kalo kita tidak memungut ppn pihak penjual yang disalahkan..?

    betuuull…kecuali kalo gak mau dilaporkan (hee.hhee)

  • arland2001us

    Member
    25 June 2009 at 3:19 pm

    kalau PPN. wajib di pungut, dan wajib diterbitkan, jika pembeli tidak mau menerima Faktur Pajaknya, ya salah sendiri, tapi yg pasti harga penjualan sudah termasuk PPN.

  • siaucu

    Member
    25 June 2009 at 3:28 pm

    sedikit tambahan rekan2
    si pembeli tidak mau diterbitkan faktur std ataupun sdhn karena tidak mau harga barang yang dibeli dikenakan PPN=> supaya harga pokok lebih murah…!
    sedangkan dari pihak penjual kalo tidak dipungut pihak penjual yang disalahkan..?
    apakah PPN tersebut harus ditanggung oleh penjual..?
    mis harga jual excld ppn 100, ppn 10, harga jual 110
    jika pembeli cuman mau membayar 100, apakah fakturnya dibuat 91+9…?
    kalo gitu si penjual yang rugi donk…?

  • qurai

    Member
    25 June 2009 at 3:34 pm

    Saran saya, berdasarkan pengalaman memang lebih sering dilakukan metode gross up seperti contoh-contoh diatas. kalau untuk PPN saya setuju dengan rekan arland….. (PPN wajib dipungut, karena jika PKP menjual BKP biasanya tuk perhitungan HPP, PKP sudah memperhitungkan PPN Masukan yang telah dibayarnya).
    Mohon koreksi

  • ayrus_alfayed

    Member
    25 June 2009 at 3:36 pm
    Originaly posted by siaucu:

    jika pembeli cuman mau membayar 100, apakah fakturnya dibuat 91+9…?
    kalo gitu si penjual yang rugi donk…?

    rekan siaucu..menurut saya ini hanya "bussiness matter" atau permasalahan bisnis artinya kelihaian penjual maupun pembeli dalam meningkatkan keuntungan..

    Tetapi klo merujuk ke UU PPN, kalo Anda sudah PKP wajib memungut PPN. Perkara si pembeli tidak mau "terlihat PPN" (ada FP Standar) yach gunakan FP Sederhana. Tapi jika memang Anda dari awal tidak berniat melaporkan penjualan tsb maka silahkan saja tapi saya cuma bisa bilang :

    "insyaflah saudara ku"
    heee…hee

  • kikie

    Member
    25 June 2009 at 3:57 pm

    kl rugi jangan dijual harga 91 (blm PPN)
    bilang aja,,, harga jual 110
    nanti tinggal masuk ke fp sederhana

  • Siti Badriyah

    Member
    25 June 2009 at 4:20 pm

    iya betul ditmptku jg sering terajdi hal2 gitu baik itu pd wktu kita beli BKP atupn pd saat kt jual, waktu beli kt minta harga termasuk PPN tp kdng ada PKP yg gak mau ngasih FP ya terpaksa beli brng tanpa PPN, mungkin tinggal gmn seorng market bisa nego gt to…tks.

Viewing 1 - 15 of 15 posts

Original Post
0 of 0 posts June 2018
Now