Forum Ortax › Forums › Pajak Bumi dan Bangunan › Menghitung PBB lebih dari satu objek pajak
Menghitung PBB lebih dari satu objek pajak
- Originaly posted by aswan:
Originaly posted by wannabewongkpp:
Originaly posted by hanif:
Yup tetap digabung.
Dasarnya,Wajib Pajaknya kan hanya satu.
Sehingga, SPPTnya juga hanya satu.dasar hukum yang menyatakan digabung di mana ya rekan ?
Rekan ortax sekalian bisa tolong di selesaikan masalah di tread ini…
so do i..
Saya masih pakai UU No. 12 Tahun 1994
Ayat (3)
Untuk setiap Wajib Pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta rupiah).
Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, yang diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak hanya salah satu Objek Pajak yang nilainya terbesar, sedangkan Objek Pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.Contoh :
Seorang Wajib Pajak hanya mempunyai Objek Pajak berupa bumi dengan nilai sebagai berikut :
–Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp. 3.000.000,00
–Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Rp. 8.000.000,00Karena Nilai Jual Objek Pajak berada dibawah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, maka Objek Pajak tersebut tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
Seorang Wajib Pajak mempunyai dua Objek Pajak berupa bumi dan bangunan masing-masing di Desa A dan di Desa B dengan nilai sebagai berikut :
Desa A.
–Nilai Jual Objek Pajak Bumi
= Rp 8.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 5.000.000,00
Nilai jual Objek Pajak Untuk Penghitungan Pajak :
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 8.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp 5.000.000,00 (+)
– Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak Rp 13.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 (-)
– Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak Rp 5.000.000,00Desa B.
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp 5.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 3.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak :
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 5.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp 3.000.000,00 (+)
– Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak Rp 8.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 0,00 (-)
– Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak Rp 8.000,000,00Untuk Objek Pajak di Desa B, tidak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp.8.000.000,00 (delapan juta rupiah), karena Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak telah diberikan untuk Objek Pajak yang berada di Desa A.
Seorang Wajib Pajak mempunyai dua objek Pajak berupa bumi dan bangunan pada satu Desa C dengan nilai sebagai berikut :
Objek I.
–Nilai Jual Objek Pajak Bumi
= Rp 4.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 2.000.000,00
Nilai jual Objek Pajak Untuk Penghitungan Pajak :
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 4.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp 2.000.000,00 (+)
– Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak Rp 6.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00Karena Nilai Jual Objek Pajak berada dibawah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, maka Objek Pajak tersebut tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
Objek II.
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp 4.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 1.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak :
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 4.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp 1.000.000,00 (+)
– Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak Rp 5.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 0,00 (-)
– Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak Rp 5.000.000,00Untuk ketentuan sekarang karena PBB sudah menjadi objek pajak daerah, detilnya lihat di Perda masing.masing.
Salam
- Originaly posted by hanif:
Desa A.
–Nilai Jual Objek Pajak Bumi
= Rp 8.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 5.000.000,00
Nilai jual Objek Pajak Untuk Penghitungan Pajak :
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 8.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp 5.000.000,00 (+)
– Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak Rp 13.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 (-)
– Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak Rp 5.000.000,00Desa B.
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp 5.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 3.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak :
– Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 5.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp 3.000.000,00 (+)
– Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak Rp 8.000.000,00
– Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 0,00 (-)
– Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak Rp 8.000,000,00Pak, hanya di tulis nilai jual objek pajak untuk penghitungan pajak…
Tidak di tulis di gabung….
apakah hanya berdasarkan wajib pajak nya satu terus penghitungan nya di gabung br di kali kan dengan tarif nya….? - Originaly posted by Yabat:
Pertanyaan: untuk menghitung/menentukan NORMA (20%/40%) apakah setelah dijumlahkan keduadesa atau sendiri-sendiri?
Originaly posted by hanif:dijumlah dulu semua
Salam
dasar hukumnya di mane? bahkan objek yg bersebelahan aja, klo NOP-nya berbeda, NJKP-nya bisa beda setau saya. cmiiw
saya masih bingung, untuk menjawab soal seperti ini,,
PT.kota kembang sejak tahun 2008 telah memiliki tanah Rp 400.000.000 ,kemudian bulan maret 2011 membellli tanah sebelah Rp 230.000.000 . bulan juni 2011 dibangun diatas tanah tersebut dengan nilai Rp 280.000.000 yang slesai bulan september 2011.
NJOPTKP Rp 10.000.000 NPOPTKP Rp 60.000.000. hitung PBB & BPHTB 2011,2012?rekan..sekedar meluruskan, agar tidak terjadi kekeliruan pemahaman bahwa:
Saat dikelola DJP/jika masih dikelola DJP
1. Administrasi PBB dilaksanakan berbasis NOP dengan satuan wilayah administrasi terkecil desa/kelurahan
2. SPPT diterbitkan berdasarkan objek pajak, bukan Wajib pajak. Jika 1 orang memiliki 3 objek pajak maka akan terbit 3 SPPT.
3. Perhitungan SPPT adalah per objek bukan per WP. jadi tiap objek pajak memiliki perhitungan masing2. Tidak digabung.
4. NJOPTKP berlaku untuk 1 objek bagi tiap wajib pajak, Jika wajib pajak memiliki lebih dari 1 objek maka hanya 1 objek yang terbesar yang diberikan pengurang NJOPTKP
5. Jika PBB sudah dikelola pemda maka aturannya akan sesuai perda masing-masing pemkab atau pemkot.- Originaly posted by Yabat:
Pertanyaan: untuk menghitung/menentukan NORMA (20%/40%) apakah setelah dijumlahkan keduadesa atau sendiri-sendiri?
bukan norma, melainkan NJKP (Nilai Jual kena pajak)
dihitung sendiri-sendiri.
Jika objek A berNJOP kurang dari 1 M maka NJKP objek A = 20%
Jika objek A berNJOP 1 M atau lebih maka NJKP objek A = 40%demikian juga berlaku untuk objek B
- Originaly posted by rafiasyrafi:
PT.kota kembang sejak tahun 2008 telah memiliki tanah Rp 400.000.000
ini harga pembelian atau NJOP rekan? ini maksudnya NJOP tahun 2008 kah rekan? atau NJOP tahun 2011?
untuk menghitung PBB dan BPHTB tahun 2011 diperlukan data NJOP 2011
Originaly posted by rafiasyrafi:kemudian bulan maret 2011 membellli tanah sebelah Rp 230.000.000 . bulan juni 2011 dibangun diatas tanah tersebut dengan nilai Rp 280.000.000 yang slesai bulan september 2011
belum ada data NJOPnya rekan….
Lagian untuk tambahan objek di bulan maret dan juni 2011 tidak diperhitungkan dalam perhitungan PBB tahun 2011 karena PBB tahun 2011 ditentukan kondisi objek per 1 januari 2011.Jadi belum dapat dihitung rekan…
Semoga membantu - Originaly posted by heppy:
Originaly posted by rafiasyrafi:
PT.kota kembang sejak tahun 2008 telah memiliki tanah Rp 400.000.000ini harga pembelian atau NJOP rekan? ini maksudnya NJOP tahun 2008 kah rekan? atau NJOP tahun 2011?
untuk menghitung PBB dan BPHTB tahun 2011 diperlukan data NJOP 2011
Tapi, bukankah menurut PMK No 67/PMK.03/2011 ttg Penyesuaian Besarnya NJOPTKP PBB mengatur bahwa NJOP adalah harga rata2 yg diperoleh dr transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dgn objek lain sejenis atau nilai perolehan baru,atau NJOP pengganti. Dalam kasus ini,maka harga pembelian tanah tsb merupakan NJOP nya, benar tidak?jika sy keliru,mhn koreksinya.trims
Maaf,saya tidak membahas lagi materi diskusi sebelum2nya.
Originaly posted by taxand:Tapi, bukankah menurut PMK No 67/PMK.03/2011 ttg Penyesuaian Besarnya NJOPTKP PBB mengatur bahwa NJOP adalah harga rata2 yg diperoleh dr transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dgn objek lain sejenis atau nilai perolehan baru,atau NJOP pengganti. Dalam kasus ini,maka harga pembelian tanah tsb merupakan NJOP nya, benar tidak?
PBB dan BPHTB merupakan 2 hal yg berbeda tapi saling berkaitan.
PBB
Dasar pengenaan PBB adalah NJOP.
Penentuan NJOP merupakan kewenangan fiskus.
Jika ada nilai transaksi pada suatu objek pajak,
tidak langsung serta merta menjadi NJOP untuk PBB objek tersebut.BPHTB
Dasar pengenaan BPHTB adalah NPOP.
NPOP ini secara umum berdasarkan nilai transaksi atau NJOP.Demikian penjelasan saya.semoga bermanfaat.
Mohon dikoreksi jika ada kesalahan.utk sy cukup jelas jawaban yg diberikan rekan2 diatas, terimakasih dan sy yakin, setelah pendaerahan pbb-p2, bagi SP yg mempunyai OP satu dan atau lebih dari satu, baik yang bernilai besar dan atau kecil, fasum, sengketa dsbnya maka semua OP & SP pelan2 akan terdata dg baik, krn pajak pbb-p2 pd dasarnya bertujuan tertib administrasi baik secara data dan fakta, berimbang dan stabil, demikian terimakasih.