Media Komunitas
Perpajakan Indonesia

Forum Ortax Forums PPh Badan pemberian cuma-cuma diakui sebagai biaya promosi

  • pemberian cuma-cuma diakui sebagai biaya promosi

     edisuryadi2 updated 15 years, 11 months ago 4 Members · 6 Posts
  • bayem

    Member
    1 August 2009 at 10:31 am
  • bayem

    Member
    1 August 2009 at 10:31 am

    perusahaan memberikan barang kepada suatu even dengan cuma-cuma. nah, ini kan pemberian secara cuma-cuma ini kan terutang PPN. apakah bisa pemberian cuma-cuma ini kita anggap sebagai biaya promosi perusahaan? mohon bantuan dan dasar hukumnya…
    terima kasih…

  • silcok

    Member
    1 August 2009 at 10:59 am

    Menurut saya, untuk PPN nya atas pemberian cuma-cuma terutang PPN yang dipungut oleh perusahaan dalam hal ini dianggap sebagai pemberian cuma2. sedangkan untuk PPhnya bisa dicatat sebagai Biaya Promosi dengan catatan terdapat bukti pendukung yang meyakinkan. rekan bayem dapat melihat dasar hukumnya pada KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK NO. KEP-87/PJ./2002 TGL. 18-02-2002 TENTANG PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS PEMAKAIAN SENDIRI DAN ATAU PEMBERIAN CUMA-CUMA BARANG KENA PAJAK DAN ATAU JASA KENA PAJAK

  • bayem

    Member
    1 August 2009 at 11:03 am
    Originaly posted by silcok:

    KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK NO. KEP-87/PJ./2002 TGL. 18-02-2002 TENTANG PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS PEMAKAIAN SENDIRI DAN ATAU PEMBERIAN CUMA-CUMA BARANG KENA PAJAK DAN ATAU JASA KENA PAJAK

    untuk pemberian secara cuma-cuma memang pasti akan terutang PPN. cuma yang jadi permasalahan saya, apakah pemberian cuma-cuma atas barang ke dalam suatu event tertentu, bisa dimasukkan sebagai biaya promosi oleh perusahaan. pemikiran saya, pemberian cuma2 ini bisa kita masukkan ke biaya promosi perusahaan, tapi saya menemukan dasar hukum yang mengatur hal ini.mungkin teman2 ada yang punya dasar hukumnya…

  • hanif

    Member
    1 August 2009 at 4:20 pm

    biasanya bisa rekan bayem.
    sebab, cara berpromosi sangat banyak. termasuk dengan memberikan produk secara cuma2.
    logikanya, dengan memberikan produk langsung kepada konsumen dapat dianggap sebagai cara untuk mengenalkan produk kepada pelanggan.
    kalau dasar hukumnya saya belum menemukan

    salam

  • edisuryadi2

    Member
    2 August 2009 at 11:14 am

    PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
    NOMOR 104/PMK.03/2009

    TENTANG

    BIAYA PROMOSI DAN PENJUALAN YANG DAPAT
    DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
    Menimbang :

    Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf (a) angka 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Biaya Promosi dan Penjualan yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto;

    Mengingat :

    Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);
    Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan :

    PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG BIAYA PROMOSI DAN PENJUALAN YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO.
    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

    Biaya Promosi adalah biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan, mempromosikan, dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.
    Biaya Penjualan adalah biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak untuk menyalurkan barang dan/atau jasa sampai kepada pembeli dan/atau pelanggan (customer) baik langsung maupun tidak langsung, termasuk biaya pengepakan, biaya pergudangan, biaya pengamanan, dan biaya asuransi, dan biaya lainnya yang diperlukan sampai barang diterima oleh pembeli dan/atau pelanggan (customer).
    Distributor Utama adalah perantara baik perorangan atau badan usaha yang bertindak atas namanya sendiri, yang ditunjuk langsung oleh pabrikan atau produsen, untuk melakukan penyimpanan, pendistribusian, pemasaran, serta penjualan barang yang diperoleh langsung dari pabrikan atau produsen, dalam partai besar kepada retailer atau konsumen akhir.
    Pasal 2

    Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus memenuhi kriteria berikut :

    untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
    dikeluarkan secara wajar;
    menurut adat kebiasaan pedagang yang baik;
    dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas; dan
    diterima oleh pihak lain.
    Pasal 3

    (1) Untuk industri rokok, Biaya Promosi hanya dapat dibiayakan oleh :

    produsen;
    Distributor Utama; atau
    importir tunggal.

    (2) Besarnya Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

    untuk industri rokok yang mempunyai peredaran usaha sampai dengan Rp 500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah), besarnya Biaya Promosi tidak melebihi 3% (tiga persen) dari peredaran usaha dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
    untuk industri rokok yang mempunyai peredaran usaha di atas Rp 500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah), besarnya Biaya Promosi tidak melebihi 2% (dua persen) dari peredaran usaha dan paling banyak Rp 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah);
    untuk industri rokok yang mempunyai peredaran usaha di atas Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah), besarnya Biaya Promosi tidak melebihi 1% (satu persen) dari peredaran usaha dan paling banyak Rp 100.000.0000.000,00 (seratus miliar rupiah).

    (3) Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat dibiayakan sebanyak 1 (satu) kali oleh :

    produsen;
    Distributor Utama; atau
    importir tunggal.

    (4) Dalam hal Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dikeluarkan baik oleh produsen maupun Distributor Utama, pihak yang berhak untuk membebankan Biaya Promosi adalah produsen.
    (5) Dalam hal rokok tidak diproduksi di Indonesia, pihak yang berhak untuk membebankan Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah importir tunggal.
    Pasal 4

    (1) Untuk industri farmasi, Biaya Promosi hanya dapat dibiayakan oleh :

    produsen;
    Distributor Utama; atau
    importir tunggal.

    (2) Besarnya Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah tidak melebihi 2% (dua persen) dari peredaran usaha dan paling banyak Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
    (3) Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat dibiayakan sebanyak 1 (satu) kali oleh :

    produsen;
    Distributor Utama; atau
    importir tunggal.

    (4) Dalam hal Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dikeluarkan baik oleh produsen maupun Distributor Utama, pihak yang berhak untuk membebankan Biaya Promosi adalah produsen.
    (5) Dalam hal produk farmasi tidak diproduksi di Indonesia, pihak yang berhak untuk membebankan Biaya Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah importir tunggal.
    Pasal 5

    Dalam hal promosi diberikan dalam bentuk sampel produk, besarnya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar nilai harga pokok.
    Pasal 6

    (1) Industri rokok dan industri farmasi wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan yang dikeluarkan kepada pihak lain.
    (2) Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan besarnya biaya yang dikeluarkan.
    (3) Dalam hal ketentuan untuk membuat daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
    Pasal 7

    Tata cara pembebanan dan pelaporan Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
    Pasal 8

    Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta
    pada tanggal 10 Juni 2009
    MENTERI KEUANGAN

    ttd.

    SRI MULYANI INDRAWATI

    Diundangkan di Jakarta
    Pada tanggal 10 Juni 2009
    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

    ttd.

    ANDI MATTALATTA
    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 132

Viewing 1 - 6 of 6 posts

Original Post
0 of 0 posts June 2018
Now